Cerita dari Aku Tentang Aku

Arif Rizal
2 min readJul 10, 2023

--

© 2023 Arif Muhamad Rizal

Aku menyukai musik elektronik pop akhir-akhir ini. Baskara kemarin mengeluarkan album baru, mau mendengarkannya bersama tidak. Aku sedang suka membaca buku penulis-penulis perempuan. Di musik juga begitu, akhir-akhir ini banyak suara-suara merdu perempuan yang mampir di telingaku.

Begitu sibuk diriku menceritakan eksistensi isi kepalaku dan minatku sampai-sampai aku lupa akan salah satu tugasku juga. Mendengarkan. Aku lupa menanyaimu bagaimana hari ini dan apakah ada kisah kecil yang ingin kamu ceritakan hari ini kepadaku.

Aku ingin mendengarkan dirimu, cerita dirimu, keluh kesahmu dan apa-apa saja hal sederhana yang dapat membuatmu tersenyum. Hal-hal yang bisa membuatmu lupa akan rencana kematianmu di hari-hari yang lalu.

Bagaimana kalau besok kita jalan-jalan? Ke tempat dimana kamu sering merenungi nasibmu. Yang sering kamu bilang adalah tempat paling rahasia. Sampai kamu bilang kepadaku jangan sampai bilang ke siapa-siapa. Tapi sering ku khawatir karena sampai sekarang kamu masih belum pernah mengajakku kesana. Aku khawatir kamu akan berdiam diri di sana tanpa sepengetahuan siapa pun selamanya. Besok kesana ya.

Akhir-akhir ini aku sering mendengarkan melodi milik Bach, aku tidak menemukan musik baru yang membuatku sumringah setiap saat. Buku yang kubaca hanya buku-buku penyemangat, itu pun hanya satu bab pertama. Aku kehilangan arah. Bahkan untuk mandi pun aku malas. Kamarku berantakan dan bau keringat menguar di setiap sudutnya.

Dimana kamu? Kamu sedang melakukan apa? Aku ingin kita berdua pergi makan es krim dan mengomentari penampilan orang-orang yang lewat di depan kita. Atau kita ke toko buku, dan dengan usilnya kamu langsung membuka buku yang masih berplastik untuk memuaskan rasa penasaranmu. Semua itu membuatku takut sekaligus bersyukur bahwa dirimu begitu berarti untukku.

Aku menjajikanmu untuk datang ke tempat persembunyianku. Tempat yang selalu kudatangi saat ku lelah dengan diriku. Saat sudah muncul keberanian untuk keluar dari kamarku yang lembab. Tempat itu hanya sebuah bangku taman yang terletak di pinggir telaga. Di tempat itu jarang ada orang lewat dan mengenalku. Paling-paling yang lewat hanya orang-orang mencari kayu bakar.

Kalau aku bosan duduk, aku akan mencelupkan kakiku dan berjalan pelan di pingiran telaga. Membuat ikan-ikan kecil berlarian dan membuat airnya sedikit keruh. Hatiku tenang saat diriku bersentuhan dengan air. Sedikit bertolak belakang dengan aku yang malas mandi, tapi saat kakiku terendam air, aku seperti menyatu di dalamnya, seperti masalahku runtuh dan dipunguti oleh ikan-kan yang sedng mencari makan.

Kapan kamu berhenti? Kapan kita bisa berjalan bersama lagi, aku merindukan itu semua disaat kamu sedang-sedang sibuk-sibuknya menceritakan kehidupanmu.

Kapan aku bisa cerita dari aku dan tentang aku?

--

--