untuk beberapa orang, banyak orang, semua orang

Arif Rizal
2 min readNov 11, 2023

--

© Onward, Rejeky Kene

Pada akhirnya kita sendirian adalah hal yang mutlak, nantinya kita akan bersahabat dengan kesendirian, bisa berupa hidup sendirian atau bertemu ajal. Melihat kemuraman di diri seseorang adalah kejadian yang sering seklai kutemui. Berbulan-bulan lalu aku sampai keheranan kenapa tuhan selalu mempertemukanku dengan orang-orang yang gelap, murung, dan bersedih.

Tujuannya mungkin agar mereka tidak menghadapi kesendirian itu benar-benar sendiri. Atau mungkin juga aku dikirimi seorang teman yang sama gelapnya denganku. Beberapa bulan terkahir, aku menghindari percakapan yang cukup serius, berjalan dalam diam dan hanya mendengarkan. Kesedihan sudah cukup lama menggerogoti tubuhku. Hasilnya tubuhku secara fisik juga gampang terkena sakit.

Tapi satu bulan terakhir aku mulai banyak omong. via chat. Cenderung cerewet bahkan. Aku memiliki teman bicara, saling tukar cerita dan saling memberi kabar. Tapi selayaknya manusia lain, batasan-batasan akan selalu ada mau bagaimanapun kamu dekat dengan siapa atau seberapa dekat kamu.

Aku hidup untuk hari ini, entah bagaimana aku besok ya itu urusan tuhan dan besok. Pesimistis adalah nama tengahku, apalagi prihal kehidupan yang diharapkan bahagia. Tapi. Setelah memiliki teman bicara dan orang yang aku suka, pikiran-pikiran tentang masa depan itu mulai terpikirkan kembali.

Aku ingin lekas sembuh, aku ingin segera menyelesaikan sekolahku, dan kalau bisa besok pagi aku masih bisa melihat layar ponselku dan membacai dirimu yang baru bisa tidur selepas sholat subuh. Ternyata harapan itu bisa muncul bersama seseorang yang membuat kita tersenyum ya.

Tapi di kebahagiaan yang memadat tersebut, terselip di sekat-sekatnya perasaan “yah sudah laaah” aku masih hidup untuk hari ini. Jika kebahagiaanku berakhir hari ini, yasudah tidak apa. Toh aku sudah paham dengan konsep sendiri itu seperti apa, dan aku juga sudah merasakan kebahagiaan itu seperti apa. Rasa takut itu selalu ada, perasaan itu menghantui tiap hari di pinggir perasaan-perasaan bahagia.

Perasaan untuk hari ini akan kuterima bagaimana adanya. Senang ataupun sedih. Tapi satu yang pasti, bahwa aku senang membersamaimu, bagaimanapun dirimu.

--

--