yang Hilang dan Tak Terganti

Arif Rizal
2 min readJan 19, 2024

--

Setiap hari aku menemuinya dan menginjak mukanya tepat di bawah hidungnya yang mancung dan bibirnya yang pucat. Injakan pertamaku belum bisa membangunkannya, aku pun menjilatinya, hidungnya berminyak dan mengkilap, sepertinya dia lupa cuci muka sebelum tidur, aku ingat semalam dia seperti kelelahan membereskan baju-bajunya yang berserakan.

DIA BANGUN!!!

Aaah aku diangkat tepat di ketiak, geli tau. Dia memegangi ketiakku dan melempar-lemparku, aaku diam karena ketakutan, karena kalau aku nanti marah, jatah makananku dikurangi sama dia.

Tumben dia pagi-pagi sudah mandi. Mencurigakan. Aku dan abang main aja di kamar, dia mandi juga palingan nggak lama, yang kutau dia juga jarang sikat gigi. Bagaimana bisa manusia hidup dengan gigi yang jarang di sikat. Atau, kenapa harus disikat ya?

Setelah mandi dia pakai baju bagus, mau kemana kupikir, biasanya dia juga bangun siang. Dia membawa tas besar dan ada semacam kabel melilit di telinganya. Aku melingkkar di kakinya, bagaimana bisa manusia ini berdiri dengan tangannya, aku juga ingin.

Aku disuruh keluar sama abang, asik, mau makan. Abang makannya banyak, jadi aku harus jauh-jauh darinya, takut makananku diambil dia juga.

Saat itu juga dia mengelusku terlalu sering dari biasanya, dan menungui aku dan abang makan. Kenapa ini manusia kupikir. Dia jongkok dengan empat matanya meliahtiku dan abang makan. Aku kan jadi grogi. Saat makanan abang sudah habis, dan makananku sisa dikit, abang secara brutal mengambil makananku. Aku sudah kenyang, jadi tidak apa-apa.

Dia berdiri, aku melingkar-melingkar di kakinya, aku ingin berjalan. Dia berjalan keluar kamarnya, aku mengikuti, karena tangku masih kecil jadi berjalanku lambat. Aku semakin jauh darinya. Aku meneriakinya, sampai aku tak sadar ada suara mesin. Melaju kencang.

--

--